Sabtu, 31 Mei 2014

Tari Sintren

      Sintren adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon. Tari Sintren Jawa Tengah ini terkenal di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain di Indramayu, Cirebon, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang, Banyumas, dan Pekalongan. Kesenian Sintren dikenal juga dengan nama lais. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis. Sintren mulai dikenal pada awal tahun 1940-an,Menurut seorang pimpinan Grup Sintren Sinar Harapan Cirebon, asal mula lahinrya sintren adalah kebiasaan kaum ibu dan putra-putrinya yang tengah menunggu suami/ayah mereka pulang dari mencari ikan di laut. Permainan sintren itu terus dilakukan hampir tiap sore dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka, maka lama-kelamaan Sintren berubah menjadi sebuah permainan sakral menunggu para nelayan pulang. Hingga kini malah Sintren menjadi sebuah warisan budaya yang luhur yang perlu dilestarikan.            Tari Sintren Jawa Tengah berasal dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di
antara Sulasih dan R. Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan). Busana yang digunakan penari sintren dulunya berupa pakaian kebaya (untuk atasan) sekarang ini menggunakan busana golek. Busana kebaya ini lebih banyak dipakai oleh wanita yang hidup di desa-desa sebagai busana keseharian. Adapun macam-macam busana yang lain sebagai pelengkap busana penari sintren dapat diuraikan sebagai berikut: 
• Baju keseharian, yang dipakai sebelum pertunjukan kesenian sintren berlangsung. 
• Baju golek, adalah baju tanpa lengan yang biasa dipergunakan dalam tari golek. 
• Kain atau jarit, model busana wanita jawa. 
• Celana cinde, yaitu celana tiga perempat yang panjangnya hanya sampai lutut. 
• Sabuk, yaitu berupa sabuk lebar dari bahan kain yang biasa dipakai untuk mengikat sampur. 
• Sampur, berjumlah sehelai/selembar dililitkan dipinggang dan diletakkan disamping kiri dan kanan kemudian ditutup sabuk atau diletakkan didepan. 
• Jamang, adalah hiasan yang dipakai dikepala dengan untaian bunga melati disamping kanan dan kiri tilinga sebagai koncer. 
• Kaos kaki hitam dan putih, seperti ciri khas kesenian tradisional lain khususnya di Jawa Tengah. 
• Kacamata hitam, berfungsi sebagai penutup mata karena selama menari sintren selalu memejamkan mata akibat kerasukan “trance atau mendem” juga sebagai ciri khas kesenian sintren dan menambah daya tarik/ mempercantik penampilan. Prosesi Sintren dimulai dengan, sang gadis dililit tali dari ujung kepala sampai ujung kaki, dibaringkan di atas tikar dan dibungkus, kemudian dimasukkan ke dalam kurungan ayam seukuran manusia yang sudah disiapkan dengan dibungkus kain batik hitam. Dua sinden mendendangkan lagu. Kemenyan dibakar, penari menabur bunga. dan saat kurungan ayam diangkat, gadis yang dililit itu sudah berubah penampilan, si gadis memakai baju penari berwarna merah, kain batik hitam, dengan mahkota dan kacamata hitam. Si gadis lantas menari dalam kondisi trance. Dan salah satu bagian yang menarik dalam prosesi ini adalah sang penari akan jatuh saat dilempar uang. Setiap penonton melempar uang ke tubuhnya, sang penari pun ambruk. Sang penjaga sigap menangkap, lantas pria berbaju hitam meniup wajah penari Sintren. Dia pun menari lagi, bak wayang di tangan dalang. Kesenian Sintren merupakan warisan tradisi rakyat pesisiran yang harus dipelihara, mengingat nilai-nilai budaya yang kuat di dalamnya, terlepas dari apakah pengaruh majis ada di dalamnya atau tidak. Sintren menambah daftar panjang kekayaan khasanah budaya sebagai warisan tradisi nenek moyang kita.




*nb: klik untuk melihat sumber gambar



1 komentar:

  1. Nice so pretty
    Cleaning is an essential swimming pool maintenance company
    part of the life anti rats in riyadh
    of religion anti white terminate in riyadh
    because some things pests control company in riyadh
    not only on upright cleaner body cleaning villa in riyadh
    and clothing, moving furniture in riyadh
    place 0-1 therefore is responsible cleaning sewages in riyadh
    for the cleanliness of his body, pests control in dammam home and street, cleaning pools in dammam

    BalasHapus